Saya bangga saya orang Jawa. Walaupun saya anak Jawa yang besar di
Siang itu mendung di Magelang. Jalanan tetap ramai oleh kendaraan yang melaju dengan santun. Saya mengitari alun-alun. Satu kompi polisi sedang apel disana - suasana yang supernyaman untuk apel siang, saya pikir. Mobil yang saya tumpangi melewati suatu area parkir, dan tukang parkirnya serta-merta mengangguk tersenyum melihat kami lewat. Ramah sekali. Sungguh indah. Begitulah yang seharusnya berlaku dimanapun, saling sapa berbagi kehangatan kepada sesama.
Pada suatu warung tahu kupat khas
Selagi saya menyelesaikan tahu kupat saya, datanglah seorang pengamen tua dengan ukulele. Saya mengamati bapak tua ini, mungkin usianya sudah 80-an tahun, memang tua sekali, tapi dengan kacamata hitam dan topi beret, dia terlihat semangat. Genjrang-genjreng dia memberikan intro lagunya kepada saya dan Si Orang Kota tadi. Serta-merta saya kaget ketika bapak itu selesai berintro dan mulai bernyanyi. Suaranya luar biasa indah. Menggelegar tapi jernih. Dengan aksen jawa yang eksotik, tentu saja, terlihat dia menyanyi dengan hati. Dia menyanyikan "Sepasang Mata Bola", mendayu-dayu indah... sempurna. Saya beri dia 5000. Kalau saja saya memberi 500 kepada pengamen di Metro Mini yang memekakkan telinga itu, maka bapak ini berhak 10 kali lipatnya. Senang, dia memberi saya bonus "Rayuan Pulau Kelapa". Ah, saya makin terhanyut..
Ketika semua selesai, saya keluar dari warung tersebut menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan. Penasaran, saya mengintip plat mobil Si Orang Kota tadi. Benar saja, "B ---- XX". Tidak ingin saya kembali tinggal di
Wednesday, June 18, 2008
Orang Jawa Saja
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
setuju,membaca cerita diatas,saya juga lebih milih ga mau jadi orang jakarta :D
O ini yg ngejadiin Dian jd berubah pandangan dengan tinggal di semarang...
Stuju...keangkuhan tidak akan berguna sama sekali..
" walk humbly, act justly, love tenderly "
-yuma-
Post a Comment